JATENG UPDATES, BLORA – Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora keluhkan harga rendemen tebu giling lokal (pos satu) Rp. 67.000/kw atas kebijakan direksi PT. GMM atau Gendhis Multi Manis Todanan Blora, yang dinilai belum memberikan kontribusi positif.
“Evaluasi kembali putusan Direksi PT. GMM Bulog dan libatkan petani Blora melalui rapat FTK,” ungkap Sekretaris DPC APTRI Blora, Anton Sudibyo, Jumat (10/5).
Dalam wawancara bersama wartawan di Deka Coffe Bar, Ngawen Blora, Anton mengatakan bahwa APTRI Blora sudah berkirim surat ke Direksi Bulog dan dinas terkait beberapa waktu lalu.
Surat tersebut, kata dia, dalam rangka membela dan memperjuangkan kesejahteraan petani tebu masa giling 2024 di Kabupaten Blora.
“Kami petani tebu Blora keluhkan harga rendemen tebu PT. GMM Bulog,” ungkapnya.
Harga tebu yang ditetapkan PT GMM dinilai sepihak dan tidak melibatkan para petani tebu di Blora.
Saat ini, Anton menambahkan, bahwa harga gula dikisaran Rp17.500/kg, sementara harga tebu di berbagai Pabrik Gula diluar Kabupaten Blora mencapai berkisar Rp 72.000-Rp75.000/kw tebu.
“PT. Indo Gula Pastika Sragen Rp 72.000/kw lokal, di PG Madukismo Yogyakarta Rp72.000/kw lokal dan Blora Rp75.000/kw.PG Trangkil diprediksi Rp 76.000/kw. PG Rendeng diprediksi Rp75.000/kw, PT KTM Jatim diprediksi Rp 77.000/kw,” paparnya.
Surat keluhan para petani tebu tersebut juga dikirim ke Bupati Blora Arief Rohman, Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Direktur Operasional PT GMM Bulog Blora dan Ketua Koperasi Tebu di Kabupaten Blora.
“Semoga menjadi perhatian semua pihak, bahan pertimbangan, masukan, atas masukan surat tersebut,” harapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Ngaliman saat dimintai keterangan melalui aplikasi berbayar mengatakan bahwa petani tebu di Kabupaten blora memang menginginkan harga tebu yang baik dan bagus.
Seperti pengalaman ditahun tahun sebelumnya, kata Ngaliman, peningkatan di Pabrik Gula (PG) di Blora memang agak lambat dibanding dengan PG di kabupaten yang lainnya.
“Memang di harga terendah. Sehingga nanti diharapkan harga tebu di Blora bisa kompetitif dan mampu bersaing baik dengan harga harga tebu di kabupaten yang lainnya dan dapat meningkatkan apa yang diharapkan petani tebu saat ini dan kedepannya,” ungkap Ngaliman.
Pihaknya juga berharap PG PT. GMM mampu bersaing dengan PG lain seperti di Trangkil Pati, Madiun.
Petani tebu Blora diharapkan tetap bersemangat untuk mengembangkan meningkatkan tanaman tebu di Kabupaten Blora.
“Semoga harga tebu di Blora bisa bersaing di kabupaten lain, seperti di Sragen, Purwodadi dan yang lainnya,” pungkasnya.